ANALISIS KESESUAIAN LOKASI UNTUK APLIKASI TEKNOLOGI TERUMBU BUATAN UNTUK PENINGKATAN HASIL PERIKANAN DAN REHABILITASI LINGKUNGAN LAUT
Abstract
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem khas tropik yang secara ekologi paling produktif, serta memiliki peranan penting terhadap perubahan lingkungannya sendiri maupun global. Sebagai ekosistem perairan yang memiliki produktifitas tinggi bersama ekosistem hutan bakau dan padang lamun, terumbu karang merupakan penyedia nutrien, serta merupakan habitat dari berbagai jenis organisme laut.
Disamping memiliki fungsi fisik untuk melindungi pantai dari kikisan ombak dan gelombang, terumbu karang juga memiliki struktur fisik komunitas yang bervariasi, banyaknya celah dan lubang, wilayah alga dan adanya zonasi terumbu karang memberikan relung/ruang, tempat hidup, mencari makan dan bereproduksi bagi berbagai jenis ikan dan biota lain yang berasosiasi dengannya, sehingga kompleksitas ekosistem ini memiliki panorama alam yang sangat indah.
Dari fungsi ekonomi terumbu karang juga merupakan penghasil devisa dari sektor pariwisata dan perikanan. Hasil perikanan dari peraiaran terumbu karang berkisar antara 2,5 – 5 ton/km/tahun, dengan potensi perikanan karang seluruhnya mencapai 2,7 juta metrik ton/tahun (White, 1983), atau memiliki nilai manfaat dari sektor perikanan sebesar US$ 4.464,44/ha/tahun (Kusumastanto, et.al., 1998), ini belum termasuk nilai pariwisata, Ilmu pengetahuan, biodiversiti dan sebagainya.
Full Text:
PDFReferences
Chou, L,M. 1991., Some Guidelines in establishment of artificial reefs, in tropical coastal Area management, vol.6 Nos ½, April/augustus 1991, ICLARM, Metro Manila, 2-3 p.
F. Elwind, 1997, Studi Hubungan Kerusakan Terumbu Karang Dengan Jenis Ikan Kepe-Kepe Dan Ikan Kerapu, di P. Sikuai, 30 hal.
Harrison, P. J. and T R. 2000. Fisheries Oceanography (An Integrative Approach to Fisheries Ecologi and Management). Blackwell Science. Kanada.
Iwan Eka Setiawan, Membangun Rumah Ikan dengan Karang Buatan, Peneliti Madya Bidang Sumberdaya Laut Balai Teknologi Survei Kelautan – BPPT, 2007.
Kenchington, R.A. and Brydget, E.T. Hudson, 1984., Coral reef management handbooks, regional Office for Science and technologi for southeast Asia, UNESCO.
Kusumastanto, et. Al., 1998, Valuasi Ekonomi sumberdaya pesisir dan laut di Barelang, PKSPL, IPB in press.
Laporan Terumbu Karang Buatan di Pulau Kapoposang, Kabupaten Pangkep. Kerjasama antara Bagian Proyek Pengelolaan Sumberdaya Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Sulawesi Selatan dengan Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin.
M. Abrar and Y. Efendi, 1998, Coral colonization (Scleractinia) on artificial substrate, at Pulau sikuai, teluk kabung Padang West Sumatera : A Concervation planing for damaged coral reef, Jurnal garing 72 ; 26 33 Faperi Univ. Bung Hatta.
Nontji,A 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta
Ogawa, Y. 1982. The present status and future prospect of artificial reef: Development trends of artificial reef units. Pp 23 – 41. Technical Report 604. Aquabio Inc., Florida.
Puslitbang Perikanan, 1994, Pedoman teknis Pengelolaan Terumbu Buatan, Dirjen Perikanan, BPPP. Dept. Pertanian.
Suharsono, 1998, Kesadaran Masyarakat tentang terumbu karang, Puslitbang Oseanologi-LIPI, 77 hal.
Suharsono, 1987, Jenis-jenis karang yang umum dijumpai di Perairan Indonesia. LIPI. Jakarta
Supriyono,2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Van Moorsel, M.N.W.G, 1989 Juvenil Ecologi And Reproduktive Strategy Of Reef Coral, Caribia, Marine Biologi Caribia.
White, A.T., C.L Ming, M.W.R.N de Silva and L.Y. Guam Guaria, 1990, Artificial reefs for Marine habitat Enhancement in southeas asia, ICLARM Education series 45 p.
Y. E., Siregar, 1997, Evaluasi bawah air pembangunan artificial reef, Pusat penelitian kawasan pantai dan perairan Univ. Riau, 29 hal.
DOI: https://doi.org/10.33373/dms.v4i1.31
Refbacks
- There are currently no refbacks.